|
Batu berjalan di California
|
Peneliti akhirnya mampu menguak
misteri batu berjalan atau batu bergerak yang ada di danau kering
Racetrack Playa, Taman Nasional Death Valley, California.
Batu bergerak di danau dengan ketinggian 1.100 meter di atas
permukaan laut itu memang telah bertahun-tahun mengundang tanya peneliti
maupun ilmuwan. Batu-batu dolomit hitam itu muncul bergerak secara
mandiri dengan meninggalkan jejak, seperti terseret, di permukaan danau.
Dan tak seorang pun yang dikabarkan menyaksikan batu itu berjalan.
Pola jejak juga misterius. Terdapat jejak batuan zig-zag tajam dan ada yang meregang dua kali panjang lapangan sepakbola.
Mengenai penjelasan batu bergerak ini, mengutip Live Science, Kamis
28 Agustus 2014, beberapa peneliti telah berspekulasi mulai dari faktor
medan magnet Bumi, angin kencang di sekitar danau hingga akibat
dorongan ganggang licin. Namun, semua spekulasi itu kurang kuat.
Tapi, akhirnya misteri itu kini mulai terkuak. Ketiga peneliti,
yaitu Richard dan Jim Norris, peneliti dari California dan Ralph Lorenz,
ilmuwan planet di Laboratorium Fisika Terapan, Universitas John
Hopkins, Baltimore, Amerika Serikat, bersyukur berkat bantuan rekaman
video, foto time-lapse, pelacakan GPS batu bergerak, misteri dapat
terpecahkan.
Peneliti menegaskan, kombinasi air dan es lah yang membantu batu
bergerak. Lapisan es tebal pada musim dingin yang retak memicu batu
bergerak dan menciptakan jejak berlumpur.
Tapi, danau itu pada dasarnya kering dan peneliti sempat menemukan
hal yang aneh. Lapisan es yang membentuk panel, terlalu tipis. Dengan
demikian, sangat susah untuk menggerakkan batu besar. Peneliti hanya
melihat lapisan es yang tipis itu hanya bisa menggerakkan batu kerikil.
Untuk diketahui, dalam danau kering itu terdapat ratusan batu
beragam ukuran. Beberapa sekecil bola, tapi batu berat lainnya ada yang
berbobot 317 kg. Batu besar ditemukan memiliki alur jejak panjang.
Selain butuh lapisan es untuk mengambang, peneliti mengatakan danau
juga butuh permukaan air yang dalam untuk menggerakkan batuan. Tapi
yang terjadi, danau cukup dangkal.
|
Batu berjalan di Racetrack Playa, California
|
Diteliti Sejak 1940-an
Upaya memecahkan misteri batu berjalan di danau itu sebenarnya
sudah dilakukan sejak 1940-an dan tak pernah berhenti sampai saat ini.
Beberapa tahun lalu, Norris tertantang untuk mendalami misteri itu.
Richard Norris merupakan ahli biologi, sedangkan Jim Norris adalah
insinyur.
Pada musim dingin 2011, keduanya sempat mendatangkan 15 batu untuk
dilacak dengan GPS. Keduanya juga memasang stasiun cuaca melacak embusan
angin di sekitar danau.
Keduanya menunggu batu bergerak. Tapi, hasilnya nihil. Batu tak bergerak, juga tak pernah ada air.
Dua tahun kemudian, pada November 2013, Norris bersaudara mendapat sambutan dari Ralph Lorenz.
Lorenz diketahui telah menyelidiki batu berjalan sejak 2006, saat
mendatangi kawasan Death Valley. Tapi, saat itu, ia fokus mempelajari
debu setan sebagai analog untuk kondisi di Mars. Lorenz mengaku ia kagum
dengan fenomena yang ada di Racetrack Playa.
Selanjutnya, setelah berdiskusi, Lorenz bersama Norris sepakat meneliti batu berjalan itu.
Berjalan 60 Meter
Akhirnya, kondisi yang ideal, yaitu adanya panel lapisan es yang tebal dan kondisi air yang cukup dalam bisa terwujud.
Itu terjadi pada serangkaian badai musim dingin dari Desember 2013
hingga Februari 2014. Pada rentang waktu itu, ratusan batu itu bergerak
lima kali dalam 10 pekan.
"Pada dasarnya, batu-batu bergerak selama sekitar satu menit dalam
juta menit. Anda harus berada di sana pada waktu yang tepat," ujar
Lorenz, salah satu penulis studi.
Pada Desember 2013, peneliti merekam baru bergerak dengan kamera.
Saat itu, danau begitu licin dengan air sedalam 7 cm. Sementara itu,
semalam sebelumnya, danau membeku diikuti esok harinya es meretak.
Beberapa batu bergerak bersama, meski mereka terpisah dalam ratusan
kaki. Sementara itu, batu lainnya merembet. Disebutkan batu bergerak
bersama hanya beberapa inchi per detik atau sekitar 2-6 meter per menit.
Bergeraknya batuan itu juga didorong oleh kecepatan angin yang
tercatat mencapai 16 km per jam. Dalam 16 menit, peneliti mencatat
batuan bergerak lebih dari 60 meter.
Peneliti mengaku puas telah menguak misteri itu dan berharap akan ada pelajaran dari temuan itu.
Tidak ada komentar